Membongkar kebiasaan lama
Oleh Zainul Khikam
Sebuah Pengantar
Sejenak difikiran melintas kalimat yang sering muncul di iklan telvisi
yaitu iklan kopi yang dibawakan kang iwan fals. Kalimat itu menginspirasi
penulis untuk membuat tulisan ini, berawal dari melihat realita di dunia
akademis yang kian lama kehilangan jati dirinya, bahkan mulai tergerus oleh
pesatnya fikiran-fikiran yang sudah keluar dari tujuan utamanya. Dalam konteks
ini yaitu terkait madesu atau masa depan suram bagi kalangan akademisi. Hal ini
pun terjadi seiring berkembangnya zaman dan muncul dengan sendirinya tanpa
disuruh ataupun didakwahkan oleh seorang da’i. hal itu muncul dari berbagai
faktor yang sangat banyak dan sejauh pengamatan penulis terdorong oleh sifat
malu dan juga tuntutan dari lingkungan.
Madesu sepertinya menjadi senjata menakutkan bagi kalangan akademisi,
tak ayal mereka takut jika seusai menyelesaikan studinya nanti akan jadi apa atau
mau bagaimana. Ketakutan itulah yang akan menghalalkan segala cara guna
mencapai tujuan yang penulis katakan sesat. Memang Setiap
manusia pada dasarnya memiliki hawa (sejauh
pengamatan penulis kata nafsu tidak menunjuk kearah hasrat atau keinginan namun
lebih bermakna diri atau dari asal kata nafs, sehingga penulis
menggunakan kata hawa yang secara harfiah berarti hasrat atau keinginan) untuk
memuaskan segala kebutuhan dalam hidupnya. Manusia cenderung terdorong untuk
terus memenuhinya, namun terkadang manusia sendiri tidak dapat mengendalikan hawa
itu sendiri sehingga semua harus dipenuhi tanpa melihat skala prioritas.
Ditambah dengan perkembangan berbagai macam aspek kehidupan, seperti teknologi
dan mode telah mengubah pola hidup manusia itu sendiri menjadi begitu konsumtif.
Miris memang ketika seorang mahasiswa mendaftarkan dirinya dikampus lalu
mendengar kata ‘madesu’ dari salah seorang petugas penerimaan mahasiswa baru,
atau dari seorang tetangga ketika masuk dalam jurusan yang dikatakan oleh Outsider
(kalangan luar) tidak jelas. Barangkali mereka sudah terjangkit penyakit hedonisme
sehingga berkata demikian. Hal itu juga akan menimbulkan sikap pesimisme
bagi mereka yang punya tujuan awal untuk memperdalam ilmu dari jurusan yang
mereka pilih ternyata mengalami “status Quo”.
Tulisan ini akan berbicara mengenai kondisi umum jurusan ushuluddin
khususnya tafsir hadits baik secara internal di STAIN Pekalongan maupun secara
umum di PTAI. Selain itu sedikit memberikan motivasi serta membangkitkan
ghirrah bagi kita semua guna memajukan keilmuan di dunia ini.
Quo Vadis Jurusan Ushuluddin Prodi Tafsir Hadits
Kondisi umum jurusan ushuluddin prodi tafsir hadits belakangan mengalami
krisis yang berkepanjangan baik dari kalangan pemerintah itu sendiri maupun
masyarakat, selain jurusan ini minim mempunyai peluang kerja tak sedikit juga
yang asing dan merasa takut ketika mendengar kata Ushuluddin maupun tafsir
hadits sehingga hal ini membuat kondisi jurusan ini selalu di nomer duakan bahkan
dinomer tigakan atau seterusnya saat seorang mendaftarkan dirinya dikampus.
Jangankan berbicara masalah lapangan kerja untuk jurusan ini, berkaitan
dengan gelar ataupun nama prodi saja belum ada titik temu dari satu kampus
dengan kampus lain. di UIN Sunan Kalijaga Misalnya, lulusan prodi tafsir hadits
menggunakan gelar S.Th.I (Sarjana Theologi Islam) , di kampus UNSIQ Wonosobo
menggunakan gelar SQ (Sarjana al-Qur’an), dan dikampus kita menggunakan gelar
S.Ud (Sarjana Ushuluddin). Entah mengapa hal ini terjadi, karena sebagai bahan
permainan saja atau ada sebuah tujuan yang jelas didalamnya.
Selain hal itu pemisahan nama prodi juga tidak serempak dilakukan,
dikampus-kampus besar masih banyak yang mempertahankan namanya yaitu Tafsir
Hadits sedang di kampus kita menggunakan pemisahan Ilmu al-Qur’an Tafsir dan
Ilmu Hadits dan yang lebih tidak jelas lagi ketika sudah ada pemisahan tersebut
dalam aplikasinya tidak sesuai, untuk Ilmu al-Qur’an masih terbebani SKS hadits
begitu juga ilmu hadits masih terbebani ilmu al-Qur’an dan tafsir, dan
mahasiswa yang awalnya mendaftar Tafsir Hadits tiba-tiba nama prodinya berubah
menjadi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
Penulis terus bertanya tanya, apa sebenarnya maksud dari semua ini. Pemerintah
dalam hal ini kementerian agama selalu mengotak-atik prodi ini baik dari gelar
maupun nama prodi. Apa sebenarnya peran dan kontribusi pemerintah untuk prodi
ini. Mau dibawa kemana prodi ini wahai pemerintah?? Kembali lagi masih mendapat
kebimbangan.
Yah, itulah sedikit permasalahn yang ada dalam prodi tafsir hadits. Namun
jauh dari itu ada hal yang lebih penting untuk kita fikirkan, yaitu jati diri
kita sebagai seorang mahasiswa yang harus mempunyai rasa tanggung jawab dan
sikap optimisme untuk selalu bisa bersaing dalam menghidupkan nuansa studi
islam di jagad raya ini. Pada bagian selanjutnya penulis akan sedikit
mengarahkan pembicaraan pada tulisan ini kearah yang lebih memberikan motivasi
buat kita para mahasiswa tafsir hadits.
Tak perlu risau
Wahai para mahasiswa tafsir hadits, untuk kalian yang dengan hati nurani
serta yang telah menomor satukan untuk memilih jurusan ini. Berbahagialah kalian
karena kalaian telah memilih jalan yang baik. Untuk kalian yang menomorduakan
jurusan ini baik karena alasan tidak diterima dijurusan lain atau keterbatasan
biaya untuk melanjutkan studinya, ketahuilah bahwa kalian sebenarnya tersesat
dijalan yang benar. Karena jurusan ini konsen pada kajian khazanah klasik dan
ilmu-ilmu keagamaan. Anggapan kalau jurusan ini membahayakan, jadikanlah
sebagai masukan untuk kalian supaya tetap pada keyakinan dan ajaran yang benar.
Sejarah telah membuktikan bahwa banyak dari lulusan ushuluddin menjadi
orang-orang hebat, Prof. Dr. Nasarudin Umar selaku wakil menteri agama RI dan
guru besar adalah jebolan dari jurusan ini, Kh Said Aqil Siraj, MA ketua umum
PBNU juga jebolan jurusan ini, dan masih banyak lagi. Bahkan kenyataan
dilapangan terbukti bahwa lulusan ushuluddin bisa dikatakan multi fungsi,
banyak yang jadi politikus atapun menjadi negarawan, ahli IT dan juga menjadi
tokoh sentral dalam sebuah jama’ah.
Namun itu semua tidak bisa tercapai tanpa rasa tanggung jawab dan
pendirian yang besar untuk mencapai segala sesuatunya. Kebiasaan-kebiasaan yang
sudah mulai mengakar dalam diri mahasiswa harus segera dibongkar. Tidak hanya
semuanya menjadi mahasiswa pasif tapi jadilah mahasiswa aktif. Kalau semuanya
pasif, terus siapa dong yang mau aktif. Kegemaran M2D (membaca , menulis dan diskusi) menjadi poin penting
ketercapain mahasiswa dalam pendidikanya.
Bongkar Kebiasaan Lama
Kebiasaan-kebiasaan mahasiswa pada umumnya ialah malas membaca maupun
berdiskusi apalagi menulis. Padahal hal itu menjadi kunci keprgresifan
mahasiswa. Keberagaman pemikiran mahasiswa ushuluddin harus berkiprah dalam
ketiga point tersebut, sehingga keeksisan dan peradaban mahasiswa ushuluddin
terus berkembang dan menjadi motor penggerak dalam majunya peradaban islam
dunia.
Selain itu agar para mahasiswa yang tersesat pada jalan yang benar tadi
masuk pada keeksotisan hutan yang tak hanya sebuah fatamorgana belaka, namun
benar-benar menemukan panorama yang indah dalam ketersesatanya tadi. Maksudnya
keindahan dan kemanfaatan sebagai mahasiswa ushuluddin terasa dan benar-benar
menjadi jati diri dari tujuan muasal jurusan yang setengah baya ini.
Ingatlah kawan, masa depan mahasiswa dijurusan manapun itu berada pada
diri mereka sendiri, lamgkah-langkah mereka lah yang menentukan masa depanya. Karena
sejatinya mahasiswa punya otoritas penuh untuk membawa dirinya mau kemana dan
akan bagaimana nantinya tergantung dari kinerja dan aktifitas yang dilakukanya
selama menjadi mahasiswa. Jika yang dilakukanya hanya sebatas bercanda,nongkrong,
ngerumpi, mringas mringis atau menjadi penggembira saja dikampus maka jangan
harap untuk mendapat hasil yang baik. Masa depan akan menjadi terang ketika apa
yang kita lakukan dilakukan secara maksimal dan kebiasaan-kebiasaan lama yang
suram harus dibongkar dengan mulai membiasakan M2D (membaca, menulis dan
diskusi).
Katakan pada diri kita bahwa kita tidak mengenal yang namanya MADESU (masa
depan suram) yang kita kenal adalah M2D dan masa depan cerah. Tetap semangat
dan langkahkan kaki karena diam adalah mati dan tetaplah langkah pada jalan
yang benar serta menata niat kita untuk menuai hasil yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar