Sabtu, 19 Juli 2014

Membongkar kebiasaan lama

Membongkar kebiasaan lama
Oleh Zainul Khikam
Sebuah Pengantar
Sejenak difikiran melintas kalimat yang sering muncul di iklan telvisi yaitu iklan kopi yang dibawakan kang iwan fals. Kalimat itu menginspirasi penulis untuk membuat tulisan ini, berawal dari melihat realita di dunia akademis yang kian lama kehilangan jati dirinya, bahkan mulai tergerus oleh pesatnya fikiran-fikiran yang sudah keluar dari tujuan utamanya. Dalam konteks ini yaitu terkait madesu atau masa depan suram bagi kalangan akademisi. Hal ini pun terjadi seiring berkembangnya zaman dan muncul dengan sendirinya tanpa disuruh ataupun didakwahkan oleh seorang da’i. hal itu muncul dari berbagai faktor yang sangat banyak dan sejauh pengamatan penulis terdorong oleh sifat malu dan juga tuntutan dari lingkungan.
Madesu sepertinya menjadi senjata menakutkan bagi kalangan akademisi, tak ayal mereka takut jika seusai menyelesaikan studinya nanti akan jadi apa atau mau bagaimana. Ketakutan itulah yang akan menghalalkan segala cara guna mencapai tujuan yang penulis katakan sesat. Memang Setiap manusia pada dasarnya memiliki hawa (sejauh pengamatan penulis kata nafsu tidak menunjuk kearah hasrat atau keinginan namun lebih bermakna diri atau dari asal kata nafs, sehingga penulis menggunakan kata hawa yang secara harfiah berarti hasrat atau keinginan) untuk memuaskan segala kebutuhan dalam hidupnya. Manusia cenderung terdorong untuk terus memenuhinya, namun terkadang manusia sendiri tidak dapat mengendalikan hawa itu sendiri sehingga semua harus dipenuhi tanpa melihat skala prioritas. Ditambah dengan perkembangan berbagai macam aspek kehidupan, seperti teknologi dan mode telah mengubah pola hidup manusia itu sendiri menjadi begitu konsumtif.
Miris memang ketika seorang mahasiswa mendaftarkan dirinya dikampus lalu mendengar kata ‘madesu’ dari salah seorang petugas penerimaan mahasiswa baru, atau dari seorang tetangga ketika masuk dalam jurusan yang dikatakan oleh Outsider (kalangan luar) tidak jelas. Barangkali mereka sudah terjangkit penyakit hedonisme sehingga berkata demikian. Hal itu juga akan menimbulkan sikap pesimisme bagi mereka yang punya tujuan awal untuk memperdalam ilmu dari jurusan yang mereka pilih ternyata mengalami “status Quo”.
Tulisan ini akan berbicara mengenai kondisi umum jurusan ushuluddin khususnya tafsir hadits baik secara internal di STAIN Pekalongan maupun secara umum di PTAI. Selain itu sedikit memberikan motivasi serta membangkitkan ghirrah bagi kita semua guna memajukan keilmuan di dunia ini.
Quo Vadis Jurusan Ushuluddin Prodi Tafsir Hadits
Kondisi umum jurusan ushuluddin prodi tafsir hadits belakangan mengalami krisis yang berkepanjangan baik dari kalangan pemerintah itu sendiri maupun masyarakat, selain jurusan ini minim mempunyai peluang kerja tak sedikit juga yang asing dan merasa takut ketika mendengar kata Ushuluddin maupun tafsir hadits sehingga hal ini membuat kondisi jurusan ini selalu di nomer duakan bahkan dinomer tigakan atau seterusnya saat seorang mendaftarkan dirinya dikampus.
Jangankan berbicara masalah lapangan kerja untuk jurusan ini, berkaitan dengan gelar ataupun nama prodi saja belum ada titik temu dari satu kampus dengan kampus lain. di UIN Sunan Kalijaga Misalnya, lulusan prodi tafsir hadits menggunakan gelar S.Th.I (Sarjana Theologi Islam) , di kampus UNSIQ Wonosobo menggunakan gelar SQ (Sarjana al-Qur’an), dan dikampus kita menggunakan gelar S.Ud (Sarjana Ushuluddin). Entah mengapa hal ini terjadi, karena sebagai bahan permainan saja atau ada sebuah tujuan yang jelas didalamnya.
Selain hal itu pemisahan nama prodi juga tidak serempak dilakukan, dikampus-kampus besar masih banyak yang mempertahankan namanya yaitu Tafsir Hadits sedang di kampus kita menggunakan pemisahan Ilmu al-Qur’an Tafsir dan Ilmu Hadits dan yang lebih tidak jelas lagi ketika sudah ada pemisahan tersebut dalam aplikasinya tidak sesuai, untuk Ilmu al-Qur’an masih terbebani SKS hadits begitu juga ilmu hadits masih terbebani ilmu al-Qur’an dan tafsir, dan mahasiswa yang awalnya mendaftar Tafsir Hadits tiba-tiba nama prodinya berubah menjadi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
Penulis terus bertanya tanya, apa sebenarnya maksud dari semua ini. Pemerintah dalam hal ini kementerian agama selalu mengotak-atik prodi ini baik dari gelar maupun nama prodi. Apa sebenarnya peran dan kontribusi pemerintah untuk prodi ini. Mau dibawa kemana prodi ini wahai pemerintah?? Kembali lagi masih mendapat kebimbangan.
Yah, itulah sedikit permasalahn yang ada dalam prodi tafsir hadits. Namun jauh dari itu ada hal yang lebih penting untuk kita fikirkan, yaitu jati diri kita sebagai seorang mahasiswa yang harus mempunyai rasa tanggung jawab dan sikap optimisme untuk selalu bisa bersaing dalam menghidupkan nuansa studi islam di jagad raya ini. Pada bagian selanjutnya penulis akan sedikit mengarahkan pembicaraan pada tulisan ini kearah yang lebih memberikan motivasi buat kita para mahasiswa tafsir hadits.
Tak perlu risau
Wahai para mahasiswa tafsir hadits, untuk kalian yang dengan hati nurani serta yang telah menomor satukan untuk memilih jurusan ini. Berbahagialah kalian karena kalaian telah memilih jalan yang baik. Untuk kalian yang menomorduakan jurusan ini baik karena alasan tidak diterima dijurusan lain atau keterbatasan biaya untuk melanjutkan studinya, ketahuilah bahwa kalian sebenarnya tersesat dijalan yang benar. Karena jurusan ini konsen pada kajian khazanah klasik dan ilmu-ilmu keagamaan. Anggapan kalau jurusan ini membahayakan, jadikanlah sebagai masukan untuk kalian supaya tetap pada keyakinan dan ajaran yang benar.
Sejarah telah membuktikan bahwa banyak dari lulusan ushuluddin menjadi orang-orang hebat, Prof. Dr. Nasarudin Umar selaku wakil menteri agama RI dan guru besar adalah jebolan dari jurusan ini, Kh Said Aqil Siraj, MA ketua umum PBNU juga jebolan jurusan ini, dan masih banyak lagi. Bahkan kenyataan dilapangan terbukti bahwa lulusan ushuluddin bisa dikatakan multi fungsi, banyak yang jadi politikus atapun menjadi negarawan, ahli IT dan juga menjadi tokoh sentral dalam sebuah jama’ah.
Namun itu semua tidak bisa tercapai tanpa rasa tanggung jawab dan pendirian yang besar untuk mencapai segala sesuatunya. Kebiasaan-kebiasaan yang sudah mulai mengakar dalam diri mahasiswa harus segera dibongkar. Tidak hanya semuanya menjadi mahasiswa pasif tapi jadilah mahasiswa aktif. Kalau semuanya pasif, terus siapa dong yang mau aktif. Kegemaran M2D (membaca ,  menulis dan diskusi) menjadi poin penting ketercapain mahasiswa dalam pendidikanya.
Bongkar Kebiasaan Lama
Kebiasaan-kebiasaan mahasiswa pada umumnya ialah malas membaca maupun berdiskusi apalagi menulis. Padahal hal itu menjadi kunci keprgresifan mahasiswa. Keberagaman pemikiran mahasiswa ushuluddin harus berkiprah dalam ketiga point tersebut, sehingga keeksisan dan peradaban mahasiswa ushuluddin terus berkembang dan menjadi motor penggerak dalam majunya peradaban islam dunia.
Selain itu agar para mahasiswa yang tersesat pada jalan yang benar tadi masuk pada keeksotisan hutan yang tak hanya sebuah fatamorgana belaka, namun benar-benar menemukan panorama yang indah dalam ketersesatanya tadi. Maksudnya keindahan dan kemanfaatan sebagai mahasiswa ushuluddin terasa dan benar-benar menjadi jati diri dari tujuan muasal jurusan yang setengah baya ini.
Ingatlah kawan, masa depan mahasiswa dijurusan manapun itu berada pada diri mereka sendiri, lamgkah-langkah mereka lah yang menentukan masa depanya. Karena sejatinya mahasiswa punya otoritas penuh untuk membawa dirinya mau kemana dan akan bagaimana nantinya tergantung dari kinerja dan aktifitas yang dilakukanya selama menjadi mahasiswa. Jika yang dilakukanya hanya sebatas bercanda,nongkrong, ngerumpi, mringas mringis atau menjadi penggembira saja dikampus maka jangan harap untuk mendapat hasil yang baik. Masa depan akan menjadi terang ketika apa yang kita lakukan dilakukan secara maksimal dan kebiasaan-kebiasaan lama yang suram harus dibongkar dengan mulai membiasakan M2D (membaca, menulis dan diskusi).

Katakan pada diri kita bahwa kita tidak mengenal yang namanya MADESU (masa depan suram) yang kita kenal adalah M2D dan masa depan cerah. Tetap semangat dan langkahkan kaki karena diam adalah mati dan tetaplah langkah pada jalan yang benar serta menata niat kita untuk menuai hasil yang baik. 

Tidak ada komentar: