MASA DAULAH BANI UMAYAH
Oleh : Zainul Khikam (2031110010)
A.faktor-faktor
penyebab berpindahnya kekuasaan dari khulafaur Rasyidin kepada bani Umaiyah
Kalau kita tilik ke latar belakang peristiwa dan menimbang
berbagai pertempuran dan pengaruhnya terhadap perkembangan. Maka kita tidak
akan melihat hal teersebut sebagai perubahan besar yang terjadi, seperti
perang Shiffin, dalam perang ini Muawiyah kalah, kalaupun ia harus menebus
dengan kecerdikannya maka kekuatan militenya tidak mampu mengalahkan tentara
Irak dan Hijaz.
Hakikat yang sebenarnya yaitu bahwa kekuasaan Muawiyah tidak
di dasarkan atas kekuatan senjata dan keperkasaan prajurit, akan tetapi
didasarkan atas perdamaian dengan riyalnya dan kesepakatan dengan mereka. Ada
yang beranggapan bahwa kepribadian Muawiyah berperan besar dalam hal ini, akan
tetapi sekarang tidak melihat bahwa seseorang tidak akan mampu merubah sebuah
Negara dengan kepribadian dan kekuatanya. Kalau hal itu disebabkan karena
kecerdasan Muawiyah maka sebenarnya Ali bin Abi Thalib lebih cerdas dengan
Muawiyah, dengan demikian Muawiyah tidak mampu menghilangkan kekuasaan islam
hanya karena kecerdasanya.
Saif dengan informasi dan sumber-sumbernya yang valid di
Bani Tamim sesuai dengan kisah-kisahyang diriwyatkan secara sahih dari para
saksisejarah dan orang-orang terlibat di dalamnya. Ia mengemukakan kepada kita
peran Abdullah bin Saba’ dalam mengerakkan fitnah dari berbagai kota sehingga
diterima oleh pendengar prajurit yang terdiri dari generasi baru, ia juga
menjelaskan kepada kita tentang Arab badui dan keterlibatanya dalam fitnah
sebagai pendamping setia pengikut Saba’. Ia menafsirkan kepada kita bahwa
keluarga Aisyah, Zubair dan Talhah dari kekuasaan Ali adalah karena ia tidak
menjalankan pedoman kekuasaan Khulafaurasyidin yaitu membenarkan yang hak dan
menyalahkan yang bathil.[1]
Telah terjadi pada masa Utsman perubahan besar yang
menyebabkan berubahnya kekuasaan dan perubahan lain yang sangat banyak yaitu:
1. Perubahan
daerah Islam sebagai hasil dari pembukaan daerah, sehingga Madinah tidak cocok
lagi untuk menjadi ibu kota Negara pada daerah yang sangat luas tersebut,
karena ia terleta sanggat jauh dari negri-negri yang baru dibuka, sehingga
susah untuk mengendalikan daerah-daerah yang jauh dari Madinah, dengan demikian
Damascus lebih cocok sebagai ibu kota Negara.
2. Perubahan
pusat perekonomian, hijaz telah menjadi pusat pengumpulan harta rampasan perang
dari negri-negri yang telah dibukahingga ia tidak mempunyai pengaruh secara
Ekonomi lagi, kecuali hanya menjadi pusat pembagian dari harta Negara.
3. Perubahan
tabiat kehidupan materi, Maasysrakat telah berpindah dari hidup yang susah dan
zuhud terutama pada awal-awal pemerintahan Khulafauurasyidin menjadi
masyarakat yang bergelimpang kemewahanyang tidak sesuai Dengan arah kebijakan
arah kebijakan pemimpinya.
4. Perubahan
dalam tatanan masyarakat dengan munculnya kaum Arab badui dan orang-orang yang
pada masa dua khalifah pertama dimarginalkan, munculnya mereka mempunyai
pengaruh yang besar dalam merubah keadaan masyarakat, terutama pada waktu
terhentinya pembukaan daerah untuk beberapa masa.
5. Perubahan
besar dalam masyarakat dengan munculnya generasi baru di masyarakat, mereka
adalah bukan generasi Sahabat dan hidup tidak bersama sahabat sehinga sifat
mereka tidak sama dengan sifat para sahabat terdahulu, mereka menjadi generasi
anarkis dan frontal, dengan tidak rela dengan realita budaya yang dianut oleh
generasi Sahabat sebelumnya.
6. Semua
perubahan tersebut telah membentuk masyarakat dengan cara berfikir para sahabat
yang mendapat petunjuk, mereka tidak memahami lagi rasionalitas berfikir dan
tidak menjiwainya dalam menetapkan keputusan-keputusan.
Dengan adanya semua factor-faktor di atas maka kekuasaan
Khulafaurrasyidin sangat susah untuk bertahan lama, karena masyarakat baru
dengan generasi dan pemikiran barunya baik Arab maupun bukan tidak dapat
menyesuaikan dengan kekuasaan Khulafaurrasyidin, sehingga kekuasaan harus
diganti dengan corak modern beserta pemikiran dan cara pandang hidupnya
terhadap kehidupan.
Demikianlah terbentuknya Negara Umawiyah yang merupakan
keinginan dan kebutuhan masa baru, ia terbentuk karena bersamaan dengan
terjadinya peristiwa-peristiwa yang sekelilingnya. Ia adalah pusat peristiwa
baik kesusahan maupun kenikmatan.
B. Masa Muawiyah
Sepeninggal Ali ibn Abi Talib, Gubernur syam tampil sebagai
penguasa islam yang kuat.Masa kekuasaanya merupakan awal kedulatan Bani Umaiyah
. Muawiyah ibn Abu sufyan ibn Harb adalah pembangun dinasti Umaiyah dan
sekaligus menjadi khalifah pertama.Ia memindahkan ibu kota islam ke Damaskus.
Muawiyah tumbuh sebagai pemimpin karier. Pengalaman politik
telah memperkaya dirinya dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam memerintah,
mulai dari menjadi salah seorang pemimpin pasukan di bawah komando panglima
Besar Abu Ubaidah ibn Jarrah yang berhasil merebut wilayah palestina, Suriyah
dan Mesir dari tangan Imperium Romawi yang telah menguasai tiga daerah itu sejak
tahun 63 SM. Faktor pendukung masa kekholifahan Muawiyah seperti berikut.
Pertama
adalah berupa dukungan yang kuat dari rakyat suriah dan dari keluarga Bani
Umaiyah sendiri. Penduduk Suriah yang telah lama di pimpin oleh Muawiyah
mempunyai ketentaraan yang kokoh , terlatih dan disiplin di garis depan dalam
peperangan melawan Romawi.Negara suriah sendiri terkenal makmur dan menyimpan
sumber alam yang berlimpah. Ditambah lagi bumi Mesir yang berhasil dirampas,
maka sumber-sumber kemakmuran dan suplai bertambah bagi Muawiyah.
Kedua, Sebagai
administrator, Muawiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya
pada jabatan-jabatan penting. Tiga orang patutlah mendapat perhatian khusus,
yaitu’Amr ibn As, Mughirah ibn Syu’bah dan Ziyad ibn Abihi. Ketiga pembantu ini
dengan Muawiyah merupakan empat politikus yang sangat mengagumkan di kalangan
Muslim Arab.[2]
Ketiga,
Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai
tingkat ‘’hilm’’sifat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar Makkah zaman
dahulu. Seorang manusia hilm seperti Muawiyah dapat menguasai diri secara
mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan , meskipun ada tekanan
intimidasi.
Muawiyah adalah menggunakan syariat Islam, dan cocok sekali
dengan masa modern. Ia suatu sisi menjadi Khalifah dan di sisi lain menjadi
raja denga`n keagungganya. Ia tidak menggunakan prinsip Syura dalam
pemerintahannya sebagai mana telah dilakukan oleh Khulafaurrasyidin, akan
tetapi ia mengganti syura dengan hal lain. Masyarakat diberi kebebasan untuk
mengeluarkan pikiran-pikirannya, dan apa yang menjadi pembicaraannya
diperhatikan Khalifah secara serius, dan membahasnya di istana, kemudian
mewujudkan apa-apa yang dapat di wujudkan. Pemerintahan Muawiyah bertanggung
pada penasehat yang cakap dan ahli administrasi yang mampu, ia memberi mereka
kebebasan dan kepercayaan untuk melaksanakan tugasnya dan mengayumi mereka
dengan kekuasaanya. Ia mengirim gubernur-gubernunya ke setiap negri dan mereka
diberi kekuasaan olehnya, dan tidak ditegur dalam menjalankan tugas mereka
kecuali mereka melakukan kesalahan besar.
Kami mungkin dapat memberikan perbandinggan antara
pemerintahan muawiyah dengan pemerintahan Khulafaurrasyidin dengan dua hal:
1.
Khalifah
dalam pemerintahan Khulafaurrasyidin merupakan seorang hakim yang memutuskan
hokum-hukum sedangkan pada khalofah Muawiyah ia adalah raja yang memimpin
masyarakat.
2.
Kekuasaan
agama pada masa khulafaurrasyidin merupakan asas Negara sedangkan masa negara
keluarga Sufyan, pemerintahan Negara adalahdi atas segalanya.
a.Gubernur-gubernur muawiyah di berbagai kota
Muawiyah mengangkat Amru bin Al-Ash sebagai gubernur mesir,
ia tidak perlu menyeleksi Amru untuk menjadi gubernur, karena ia merupan salah
satu sekutu Muawiyah. Kemudian ia mengangkat anaknya Abdullah dan lain
sebagainya.
Sedangkan di irak, ia telah mengangkat Mughirah bin Syu’bah
sebagai gubernur di Kufah, Abdullah bin Amir, Ziyad bin Abihi dan anaknya
Abdullah untuk menjadi gubernur di Bashrah, kemudian Ziya`d memegang
pemerinta`han di Irak secara `umum setelah meninggalnya Mughirah. Di madinah ia
telah diangkat Marwan bin hakam sebagai gubernur menggantikan Said bin Ash,
semua yang kami sebutkan orang-orang besar pilihan.
b. Para Kholifah Bani Umaiyah
Dinasti umaiyah berkuasa hampir satu abad, tepatnya selama
90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Dimulai oleh Muawiyah ibn Abi sufyan dan di
tutup oleh Marwan ibn Muhammad, Di antara mereka ada pemimpin-pemimpin besar
yang berjasa di dalam berbagai bidang sesuai dengan kehendak zamanya, Adapun
urutan-urutan Khalifah Umaiyah adalah :[3]
41H/661M - Muawiyah I (ibn Abi
Sufyan)
60H/680M -Yazid I(ibn
Muawiyah)
64H/683M -Muawiyah II(ibn
Yazid)
64H/684M -Marwan I (ibn Hakam)
65H/685M -Abdul Malik ibn
Marwan
86H/705M -Al-Walid I(ibn Abdul
Malik)
96H/715M -Sulaiman ibn Abdul
Malik
99H/717M -Umar ibn Abdul Aziz
101H/720M -Yazid II(ibn Abdul Malik)
105H/724M -Hisyam ibn Abdul Malik
125H/743M -Al-Walid II(ibn Yazid II)
126H/744M -Ibrahim ibn al-Walid II
127-132H/744-750M -Marwan II (ibn Muhammad)
Para pencatat sejarah pada umumnya sependapat bahwa
khalifah-khalifah terbesar mereka ialah: Muawiyah, Abdul Malik dan Umar ibn
Abdul Aziz.
Muawiyah adalah bapak pendiri dinasti Umaiyah. Dialah
pembangun yang besar. Namanya disejajarkan dalam deretan
khulafaurrasyidin. Bahkan kesalahannya yang meghianati prinsip pemilihan kepala
Negara oleh rakyat, dapat dilupakan orang karena jasa-jasa dan kebijaksanaan
politiknya yang mengagumkan. Muawiyah mendapat kursi kekhalifahan setelah Hasan
ibn Ali ibn Abi Thalib berdamai denganya pada tahun 41H. Umat islam sebagiannya
membaiat Hasan setelah ayahnya itu wafat. Namun Hasan menyadari kelemahanya
sehingga ia berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat kepada Muawiyah sehingga
tahun itu dinamakan ‘amul jama’ah, tahun persatuan. Muawiyah menerima
kekhalifahan di kufah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni:
1.
Agar
Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorangpun penduduk Irak.
2.
Menjaminn
keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.
3.
Agar
pajak tanah Negeri Ahwaz diperuntukan kepadannya dan diberikan tiap tahun.
4.
Agar
Muawiyah membayar kepada saudarannya, Husan , 2juta dirham.
5.
Pemberian
kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani Abdis
Syams.
Muawiyah di baiat oleh umat islam di Kufah sedangkan Hasan
dan Husain dikembalikan ke Madinah. Hasan wafat di kota Nabi itu tahun 50H.
diantara jasa-jasa Muawiyah mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan
kudakuda yang selalu siap di tiap pos. ia juga berjasa mendirikan kantor cap
(percetakan mata uang) dan lain-lain. Diantara jasa-jasa Muawiyah ialah
mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di
tiap pos. ia juga berjasa mendirikan Kantor Cap ( percetakan mata uang), dan
lain-lain.
Muawiyah wafat tahun 60H. di Damascus karena sakit dan
digantikan oleh anaknya, Yazid yang telah ditetapkannya sebagai putra mahkota
sebelumnya. Yazid tidak sekuat ayahnya dalam memerintah, banyak tantangan yang
dihadapinya, antara lain ialah membereskan pemberontakan kaum syi’ah yang telah
membaiat Husain sepeninggal Muawiyah. Terjadi perang dikarbela yang menyebabkan
terbunuhnya Husain, cucu Nabi saw. Itu, Yazid menghadapi para pemberontak di
makkah dan Madinah dengan keras. Dinding ka’bah runtuh dikarenakan terkena
lemparan manjaniq.alat pelempar batu ke arah lawan. Peristiwa tersebut
merupakan aib besar pada masanya.kota makkah menjadi porak poranda akibat
perlakuan pasukan Yazid tersebut. Yazid meninggal tahun 64H. set elah memerinta
4tahun dan digantikan oleh anaknya, Muawiyah II.
Ia hanya memerintah kurang lebih 40 hari, dan meletakkan
jabatan sebagai kholifah sebelum wafat tiga bulan kemudian. Ia mengalami
tekanan jiwa berat karena tidak sanggup memikul tanggung jawab jabatan kholifah
yang besar itu.dengan wafatnya maka habislah riwayat keturunan Muawiyah dalam
melanggengkan kekuasaan dan berganti ke Bani Marwan. Muawiyah II diganti oleh
Marwan ibn Hakam, seorang yang memegang setempel kholifah pada masa Usman ibn
Affan. Ia adalah gubernur Madinah di masa Muawiyah dan penasehat Yazid di
Damascus di masa pemerintahan putra pendiri Daulah Umaiyah itu. Ia dianggap
orang yang dapat mengendalikan kekuasaan karena pengalamanya, sedangkan orang
lain yang pantas memegang jabatan khalifah itu tidak didapatkannya. Marwan
menundukkan Palestina, Hijaz, dan Irak. Namun ia cepat pergi, hanya sempat
memerintah 1 tahun saja, ia wafat tahun 65H. dan menunjuk anaknya, Abdul Malik
dan Abdul Aziz sebagai pengganti sepeninggalnya secara berurutan.
Khalifah Abdul Malik adalah orang kedua yang terbesar dalam
deretan para khalifah Bani Umaiyah yang disebut-sebut sebagai ‘pendiri
kedua’bagi kedaulatan Umaiyah. Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam
ilmu agamanya, terutama di bidang fiqh. Dia telah berhasil mengembalikan
sepenuhnya integritas wilayah dan wibawa kekuasaan keluarga Umaiyah dari segala
pengacau Negara. Yang merajalela pada masa –masa sebelumnya .
Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama, yakni 21 tahun
ditopang oleh para pembantunya, seperti al-Hajjaj ibn Yusuf yang gagah berani
di medan perang , dan Abdul aziz, saudaranya yang dipercaya memegang jabatan
sebagai Gubernur Mesir. Alhajaj Berjaya di medan perang di samping itu
juga berhasil memperbaiki saluran-saluran air sungai Euphrat dan Tigris,
memajukan perdagangan, dan memperbaiki system ukuran timbang, takaran dan
keuangan, di samping menyempurnakan mushaf al-Qur’an dengan titik pada
huruf-huruf tertentu. Khalifah Abdul Malik wafa tahun 86H. dan diganti oleh
putrannya yang bernama al-Walid.
Khalifah Alwalid ibn Abdul Malik memerintah sepuluh tahun
lamanya (86-96H). pada masa pemerintahannya kekayaan kemakmuran melimpah ruah.
karena kekayaan melimpah ruah maka digunakan negerinnya untuk menyantuni para
yatim piyatu, fakir miskin, dan penderita cacat seperti orang lumpuh, buta, dan
sakit kusta. Khalifah itu wafat tahun 96H. dan digantikan oleh adiknya,
Sulaiman sebagaimana wasiyat ayahnya.
Khaliah Usman ibn Abdul Malik tidak sebijak kakaknya, ia
kurang bijaksana, suka harta sebagai mana diperlihatkan ketika ia menginginkan
harta rampasan perang (ghanimah) dari spanyol yang dibawa oleh Musa ibn
Nusair.ia menginginkan Harta itu jatuh ke tangannya, bukan ke tangan kakaknya,
al-Walid yang saat itu masih hidup walau dalam keadaan sakit.ia dibenci oleh
rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah
belah, demikian pula masyarakatnya, seperti keluwarga Hajajj ibn Yusuf dan
Muhammad ibn Qasim yang menundukkan India. Ia menunjuk Umar ibn Abdul Aziz
sebagai penggantinya sebelum meninggal pada tahun 99H.
Adapun khalifah ketiga yang besar ialah Umar ibn Abdul Aziz.
Meskipun masa pemerintahannya sangat pendek, namun Umar merupakan ‘lembaran
putih’ Bani Umaiyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter
yang tidak terpengaruh oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan Daulah Umaiyah yang
banyak disesali.Umar adalah orang yang rapi dalam berpakaian memakai wewangian
dengan rambut yang panjang dan cara jalan yang tersendiri, sehingga mode Umar
itu ditiru banyak orang masanya.
Umar ibn Abdul Aziz mengadakan perdamaian antara
Amawiyah dan syi’ah serta khawarij, menghentikan peperangan mencegah caci maki
terhadap khalifah Ali in Abi thalib dalam khutbah Jum’at, dan diganti dengan
bacaan ayat:
* * ¨bÎ) ©!$# ããBù't ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGÎ)ur Ï 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìx6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏèt öNà6¯=yès9 crã©.xs? ÇÒÉÈ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Khalifah yang adil itu berusaha memperbaiki segala tatanan
yang ada di masa kekhalifahannya, seperti menaikan gaji untuk para gubernurnya,
memeratakan kemakmuran dengan memberi santunan pada fakir dan miskin, dan dll.
Khalifah Umar meninggal tahun 101H. dan diganti oleh Yazid II ibn Abdul Malik
(101-105) .pada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan antara kaum
Mudariyah dan Yamaniyah. Pemerintahannya yang sangat singkat itu mempercepst
proses kemunduran Umaiyah. kekhalifahan Umaiyah mulai mundur sepeninggal
khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Walau tidak secemerlang tiga khalifah yang
masyhur sebagai mana tersebut di atas, khalifah Hisyam ibn Abdul Malik perlu
dicatat juga sebagi khalifah yang sukses.
Masih ada empat khalifah lagi setelah Hisyam yang memerintah
hanya dalam waktu tujuh tahun , yakni al_Walid II ibn Yazid II, Yazid II ibn
al-Walid, Ibrahim ibn al-Walid dan Marwan ibn Muhammad.
C.Masa keruntuhan muawiyah
Marwan bin Muhammad adalah seperti ayahnya, ia menjadi
Gubernur di Wilayah Al-Jazirah dan Amenia. Dialah yang memimpin pembukaan
daerah disebelah selatan Qufqas. Ia banyak menunai kemenangan dan gemilang
dalam medan pertempuran, padahal untuk menang di wilayah ini sangat susah,
karena musuh-musuhnya adalah para pejuang yang ganas. Akan tetapi marwan tidak
seperti komandan-komandan biasannya. Ia sangat lihai dalam mengatur strategi
dan tipudaya peperangan.
Marwan memperoleh kemenangan demi kemenangan, bahkan ia
mampu berperang dalam berbagai medan pertempuran dengan cara mengalahkan satu
persatu musuh-musuhnya, walau pun secara lahiriyah kemenangan sangat amat
tipis.
Marwan menganggap bahwa di dalam Bani Umaiyah tidak ada orag
yang lebih kuat dari pada dirinya, hingga ia juga ingin duduk di khilafah. Dan
hal ini merupakan salah satu penyebab kerunntuhan Negara Umaiyah, sebagai ganti
system pengangkatan putra mahkota. Banyak sekali orang yang ingin mengejar
kursi khilafah.
Pergolakan dimulai dari plestina lalu ke Damaskus lalu ke
Himsh. Marwan merasa harus memadamkan pemberontakan ini, ia lalu menuju Himsh
kemudian ke Damaskus dan berakhir dengan di tumpasnya pemberontakan ini
keakar-akarnya termmasuk orang-orang kalbiyin. Merekalah sebenarnya yang
menyuluti api pemberontakan karena tidakk rela dengan Marwan beserta kabilahnya
Mudhar. Pusat gerakan orang-orang Kalbiyyin adalah di tadmur, marwan pergi
kesana dalam melakukan perjanjian damai dengan kabilahnya. Dengan demikian
marwan telah ampu memaksa musuh-musuhnya di tanah Syam, dan Syam kembali tenang.
Akan tetapi pergolakan tidak hanya terjadi di daerah Syam
saja, pasukannya terpaksa harus memerangi daerah lainya yaitu di Irak. Di Irak
telah terjadi kekacauan dan kerusuhan yang tidak lebih kecil dari Syam, bahkan
lebih besar. Ada beberapa hal perlu di perhatikan, penduduk Irak jiwanya sudah
marah terhadap bani Umaiyah. Orang-orang yang memainkan peranannya di panggung
peristiwa selalu bergerak ke kanan dan ke kiri tidak peduli apa yang akan
menimpa mereka, seakan-akan itu adalah kaidah mereka. Dengan keadaan seperti
iini, tidak mengherankan kalau Irak memerangkan peperanan penting dalam
menyusahkan Khalifah Bnai Umaiyah.
Sekarang orang-orang Yaman dan Mudhar dari penduduk Syam
bersengketa kembali, dalam hal ini memperburuk keadaan. Sedangkan penduduk Irak
melihat persengketaan ini dengan sikap hati-hati dan gembira. Di sisi lain ada
musuh baru di depan tiga kelompok di atas orang-orang Yaman, Mudhar dan
penduduk Irak, yaitu kaum Khawarij. Penduduk Irak sangat takut akan khawarij,
dan mereka bersekutu dengan penduduk Syam untuk memerangi mereka. Kali ini
Khawarij muncul dengan hebatnya, mereka dapat mengobarkan fanatisme
kekabilahan. Dan menanamkan kebanggaan terhadap kabilahnya sehingga mereka bergabung
dalam aliran mereka pada masa kekacauan dan kerusuhan merajalela.
Hijaz dan Yaman juga tidak sepi dari kekacauan juga. Telah
muncul tokoh Abu Hamzah Al-Muhtar bin Auf Al-Asadi dengan kelompok Arab badui
yang masuk ke golongannya. Ia membaiat Abdullah bin Yahya di Yaman dan
menguasai Hijaz pada tahun 129H. marwan kemudian mengirim pasukan untuk
memeranginya, kemudian pemipin mereka Abdullah bin Yahya terbunuh. Dengan
demikian Marwan telah memenangkan dari beberapa pertempuran di Irak,Syam,Hijaz
dan Yaman. Peristiwa ini adalah pada masa Marwan sebelum kedatangan musuh yang
menakutkan yang akan menggulingkan kekuasaan Negara Umaiyah.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa darah telah
bergolak dalam diri orang Arab dari penduduk Syam, Irak, Hijaz dan Yaman.
Hal kedu yang harus diperhatikan adalah pergolaka ini bukan
untuk embela prinsip tertentu dan pemikiran umum, akan tetapi sebagai
pelampiasan kebencian yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Salah
satunya adalah kecintaan pribadi terhadap kursi kesultanan. Kerakusan pribadi
ini sering di tutup dengan membela kepentingan umum baik madzab, fanatisme
maupun kedaerahan Pembunuhan Marwan
bin Muhammad terjadi pada hari Ahat tangggal 3 Dzulhijjah. Versi lain
menyebutkan Hari kamis tanggal 6 Dzulhijjah 132H
Dengan terbunuhnya Marwan bin Muhammad, berakhirlah masa
kejayaan Bani Umaiyah setelah berkibar selama 92 tahun. Selama jangka waktu
tersebut , negar bani Umaiyah telah berbuat banyak demi islam dan kaum muslimin
[4]
REFRENSI
1. Dr.
Yusuf Al’Isy, Dinasti Umawiyah,Pustaka al-Kautsar, Cipinang Muara Raya
63 Jakarta Timur,2007
2. Mufrodi
Ali, Islam di kebudayaan Arab, Logos wacana Ilmu, Jakarta, 199,
3. Dr.
Muhammad Sayid Al-wakil, wajah dunia Islam, PustakaAl-Kautsar, Kebon
nanas UtaraII/12, Jakarta Timur, 1998
Pertanyaan Peserta Diskusi
1.Nama:
Khaerul Abidin
Bukti Kejayaan Bani Umaiyah ?
2.Nama:
Irvan.
Apa
Perubahan Pada Masa Yazid 1 Sampai Yazid 3 Yang Berpengaruh Dalam Hal Semuanya
?
3
Nama: Fitria
Sistem
Pemerintahan Pada Zaman Kholifah Bani Umaiyah Menggunakan Apa?
Sebutan
Jabatan Kholifah Apa Sudah Berganti ?
4.Nama:
Niswah
Kenapa Umat Islam Membaiat Hasan Padawaktu Pemerintahan Abdul Aziz ?
[1]
Dr. Yusuf Al’Isy,Dinasti umawiyah,Pustaka Al-Kautsar,Cipinang
Muara Raya63 Jakarta timur,2007,h,153-164
[2]Dr.
Yusuf Al’Isy, Dinasti umawiyah, Pustaka Al-Kautsar, Cipinang Muara
Raya 63 Jakarta timur,2007,h,164-172
[4]
Dr. Muhammad Sayid Al-wakil, wajah dunia Islam, PustakaAl-Kautsar, Kebon nanas
UtaraII/12 jakarta Timur,1998, Hal,73
Tidak ada komentar:
Posting Komentar