Rabu, 14 Desember 2011

Daulah Bani Umayah


MASA DAULAH BANI UMAYAH
Oleh : Zainul Khikam (2031110010)
A.faktor-faktor penyebab berpindahnya kekuasaan dari khulafaur Rasyidin kepada bani Umaiyah
Kalau kita tilik ke latar belakang peristiwa dan menimbang berbagai pertempuran dan pengaruhnya terhadap perkembangan. Maka kita tidak akan melihat hal teersebut sebagai perubahan besar yang terjadi, seperti perang Shiffin, dalam perang ini Muawiyah kalah, kalaupun ia harus menebus dengan kecerdikannya maka kekuatan militenya tidak mampu mengalahkan tentara Irak dan Hijaz.
Hakikat yang sebenarnya yaitu bahwa kekuasaan Muawiyah tidak di dasarkan atas kekuatan senjata dan keperkasaan prajurit, akan tetapi didasarkan atas perdamaian dengan riyalnya dan kesepakatan dengan mereka. Ada yang beranggapan bahwa kepribadian Muawiyah berperan besar dalam hal ini, akan tetapi sekarang tidak melihat bahwa seseorang tidak akan mampu merubah sebuah Negara dengan kepribadian dan kekuatanya. Kalau hal itu disebabkan karena kecerdasan Muawiyah maka sebenarnya Ali bin Abi Thalib lebih cerdas dengan Muawiyah, dengan demikian Muawiyah tidak mampu menghilangkan kekuasaan islam hanya karena kecerdasanya.
Saif dengan informasi dan sumber-sumbernya yang valid di Bani Tamim sesuai dengan kisah-kisahyang diriwyatkan secara sahih dari para saksisejarah dan orang-orang terlibat di dalamnya. Ia mengemukakan kepada kita peran Abdullah bin Saba’ dalam mengerakkan fitnah dari berbagai kota sehingga diterima oleh pendengar prajurit yang terdiri dari generasi baru, ia juga menjelaskan kepada kita tentang Arab badui dan keterlibatanya dalam fitnah sebagai pendamping setia pengikut Saba’. Ia menafsirkan kepada kita bahwa keluarga Aisyah, Zubair dan Talhah dari kekuasaan Ali adalah karena ia tidak menjalankan pedoman kekuasaan Khulafaurasyidin yaitu membenarkan yang hak dan menyalahkan yang bathil.[1]
Telah terjadi pada masa Utsman perubahan besar yang menyebabkan berubahnya kekuasaan dan perubahan lain yang sangat banyak yaitu:
1.    Perubahan daerah Islam sebagai hasil dari pembukaan daerah, sehingga Madinah tidak cocok lagi untuk menjadi ibu kota Negara pada daerah yang sangat luas tersebut, karena ia terleta sanggat jauh dari negri-negri yang baru dibuka, sehingga susah untuk mengendalikan daerah-daerah yang jauh dari Madinah, dengan demikian Damascus lebih cocok sebagai ibu kota Negara.
2.    Perubahan pusat perekonomian, hijaz telah menjadi pusat pengumpulan harta rampasan perang dari negri-negri yang telah dibukahingga ia tidak mempunyai pengaruh secara Ekonomi lagi, kecuali hanya menjadi pusat pembagian dari harta Negara.
3.    Perubahan tabiat kehidupan materi, Maasysrakat telah berpindah dari hidup yang susah dan zuhud  terutama pada awal-awal pemerintahan Khulafauurasyidin menjadi masyarakat yang bergelimpang kemewahanyang tidak sesuai Dengan arah kebijakan arah kebijakan pemimpinya.
4.    Perubahan dalam tatanan masyarakat dengan munculnya kaum Arab badui dan orang-orang yang pada masa dua khalifah pertama dimarginalkan, munculnya mereka mempunyai pengaruh yang besar dalam merubah keadaan masyarakat, terutama pada waktu terhentinya pembukaan daerah untuk beberapa masa.
5.    Perubahan besar dalam masyarakat dengan munculnya generasi baru di masyarakat, mereka adalah bukan generasi Sahabat dan hidup tidak bersama sahabat sehinga sifat mereka tidak sama dengan sifat para sahabat terdahulu, mereka menjadi generasi anarkis dan frontal, dengan tidak rela dengan realita budaya yang dianut oleh generasi Sahabat sebelumnya.
6.    Semua perubahan tersebut telah membentuk masyarakat dengan cara berfikir para sahabat yang mendapat petunjuk, mereka tidak memahami lagi rasionalitas berfikir dan tidak menjiwainya dalam menetapkan keputusan-keputusan.
Dengan adanya semua factor-faktor di atas maka kekuasaan Khulafaurrasyidin sangat susah untuk bertahan lama, karena masyarakat baru dengan generasi dan pemikiran barunya baik Arab maupun bukan tidak dapat menyesuaikan dengan kekuasaan Khulafaurrasyidin, sehingga kekuasaan harus diganti dengan corak modern beserta pemikiran dan cara pandang hidupnya terhadap kehidupan.
Demikianlah terbentuknya Negara Umawiyah yang merupakan keinginan dan kebutuhan masa baru, ia terbentuk karena bersamaan dengan terjadinya peristiwa-peristiwa yang sekelilingnya. Ia adalah pusat peristiwa baik kesusahan maupun kenikmatan.
B. Masa Muawiyah
Sepeninggal Ali ibn Abi Talib, Gubernur syam tampil sebagai penguasa islam yang kuat.Masa kekuasaanya merupakan awal kedulatan Bani Umaiyah . Muawiyah ibn Abu sufyan ibn Harb adalah pembangun dinasti Umaiyah dan sekaligus menjadi khalifah pertama.Ia memindahkan ibu kota islam ke Damaskus.
Muawiyah tumbuh sebagai pemimpin karier. Pengalaman politik telah memperkaya dirinya dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam memerintah, mulai dari menjadi salah seorang pemimpin pasukan di bawah komando panglima Besar Abu Ubaidah ibn Jarrah yang berhasil merebut wilayah palestina, Suriyah dan Mesir dari tangan Imperium Romawi yang telah menguasai tiga daerah itu sejak tahun  63 SM. Faktor pendukung masa kekholifahan Muawiyah seperti berikut.
Pertama adalah berupa dukungan yang kuat dari rakyat suriah dan dari keluarga Bani Umaiyah sendiri. Penduduk Suriah yang telah lama di pimpin oleh Muawiyah mempunyai ketentaraan yang kokoh , terlatih dan disiplin di garis depan dalam peperangan melawan Romawi.Negara suriah sendiri terkenal makmur dan menyimpan sumber alam yang berlimpah. Ditambah lagi bumi Mesir yang berhasil dirampas, maka sumber-sumber kemakmuran dan suplai bertambah bagi Muawiyah.
Kedua, Sebagai administrator, Muawiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Tiga orang patutlah mendapat perhatian khusus, yaitu’Amr ibn As, Mughirah ibn Syu’bah dan Ziyad ibn Abihi. Ketiga pembantu ini dengan Muawiyah merupakan empat politikus yang sangat mengagumkan di kalangan Muslim Arab.[2]
Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat ‘’hilm’’sifat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar Makkah zaman dahulu. Seorang manusia hilm seperti Muawiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan , meskipun ada tekanan intimidasi.
Muawiyah adalah menggunakan syariat Islam, dan cocok sekali dengan masa modern. Ia suatu sisi menjadi Khalifah dan di sisi lain menjadi raja denga`n keagungganya. Ia tidak menggunakan prinsip Syura dalam pemerintahannya sebagai mana telah dilakukan oleh Khulafaurrasyidin, akan tetapi ia mengganti syura dengan hal lain. Masyarakat diberi kebebasan untuk mengeluarkan pikiran-pikirannya, dan apa yang menjadi pembicaraannya diperhatikan Khalifah secara serius, dan membahasnya di istana, kemudian mewujudkan apa-apa yang dapat di wujudkan. Pemerintahan Muawiyah bertanggung pada penasehat yang cakap dan ahli administrasi yang mampu, ia memberi mereka kebebasan dan kepercayaan untuk melaksanakan tugasnya dan mengayumi mereka dengan kekuasaanya. Ia mengirim gubernur-gubernunya ke setiap negri dan mereka diberi kekuasaan olehnya, dan tidak ditegur dalam menjalankan tugas mereka kecuali mereka melakukan kesalahan besar.
Kami mungkin dapat memberikan perbandinggan antara pemerintahan muawiyah dengan pemerintahan Khulafaurrasyidin dengan dua hal:
1.         Khalifah dalam pemerintahan Khulafaurrasyidin merupakan seorang hakim yang memutuskan hokum-hukum sedangkan pada khalofah Muawiyah ia adalah raja yang memimpin masyarakat.
2.         Kekuasaan agama pada masa khulafaurrasyidin merupakan asas Negara sedangkan masa negara keluarga Sufyan, pemerintahan Negara adalahdi atas segalanya.
a.Gubernur-gubernur muawiyah di berbagai kota
Muawiyah mengangkat Amru bin Al-Ash sebagai gubernur mesir, ia tidak perlu menyeleksi Amru untuk menjadi gubernur, karena ia merupan salah satu sekutu Muawiyah. Kemudian ia mengangkat anaknya Abdullah dan lain sebagainya.
Sedangkan di irak, ia telah mengangkat Mughirah bin Syu’bah sebagai gubernur di Kufah, Abdullah bin Amir, Ziyad bin Abihi dan anaknya Abdullah untuk menjadi gubernur di Bashrah, kemudian Ziya`d memegang pemerinta`han di Irak secara `umum setelah meninggalnya Mughirah. Di madinah ia telah diangkat Marwan bin hakam sebagai gubernur menggantikan Said bin Ash, semua yang kami sebutkan orang-orang besar pilihan.
b. Para Kholifah Bani Umaiyah
Dinasti umaiyah berkuasa hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Dimulai oleh Muawiyah ibn Abi sufyan dan di tutup oleh Marwan ibn Muhammad, Di antara mereka ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa di dalam berbagai bidang sesuai dengan kehendak zamanya, Adapun urutan-urutan Khalifah Umaiyah adalah :[3]
41H/661M      - Muawiyah I (ibn Abi Sufyan)
60H/680M      -Yazid I(ibn Muawiyah)
64H/683M      -Muawiyah II(ibn Yazid)
64H/684M      -Marwan I (ibn Hakam)
65H/685M      -Abdul Malik ibn Marwan
86H/705M      -Al-Walid I(ibn Abdul Malik) 
96H/715M      -Sulaiman ibn Abdul Malik
99H/717M      -Umar ibn Abdul Aziz
101H/720M    -Yazid II(ibn Abdul Malik)
105H/724M    -Hisyam ibn Abdul Malik
125H/743M    -Al-Walid II(ibn Yazid II)
126H/744M    -Ibrahim ibn al-Walid II
127-132H/744-750M  -Marwan II (ibn Muhammad)
Para pencatat sejarah pada umumnya sependapat bahwa khalifah-khalifah terbesar mereka ialah: Muawiyah, Abdul Malik dan Umar ibn Abdul Aziz.
Muawiyah adalah bapak pendiri dinasti Umaiyah. Dialah pembangun yang  besar. Namanya disejajarkan dalam deretan khulafaurrasyidin. Bahkan kesalahannya yang meghianati prinsip pemilihan kepala Negara oleh rakyat, dapat dilupakan orang karena jasa-jasa dan kebijaksanaan politiknya yang mengagumkan. Muawiyah mendapat kursi kekhalifahan setelah Hasan ibn Ali ibn Abi Thalib berdamai denganya pada tahun 41H. Umat islam sebagiannya membaiat Hasan setelah ayahnya itu wafat. Namun Hasan menyadari kelemahanya sehingga ia berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat kepada Muawiyah sehingga tahun itu dinamakan ‘amul jama’ah, tahun persatuan. Muawiyah menerima kekhalifahan di kufah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni:
1.        Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorangpun penduduk Irak.
2.        Menjaminn keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.
3.        Agar pajak tanah Negeri Ahwaz diperuntukan kepadannya dan diberikan tiap tahun.
4.        Agar Muawiyah membayar kepada saudarannya, Husan , 2juta dirham.
5.        Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani Abdis Syams.
Muawiyah di baiat oleh umat islam di Kufah sedangkan Hasan dan Husain dikembalikan ke Madinah. Hasan wafat di kota Nabi itu tahun 50H. diantara jasa-jasa Muawiyah mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kudakuda yang selalu siap di tiap pos. ia juga berjasa mendirikan kantor cap (percetakan mata uang) dan lain-lain. Diantara jasa-jasa Muawiyah ialah mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos. ia juga berjasa mendirikan Kantor Cap ( percetakan mata uang), dan lain-lain.
Muawiyah wafat tahun 60H. di Damascus karena sakit dan digantikan oleh anaknya, Yazid yang telah ditetapkannya sebagai putra mahkota sebelumnya. Yazid tidak sekuat ayahnya dalam memerintah, banyak tantangan yang dihadapinya, antara lain ialah membereskan pemberontakan kaum syi’ah yang telah membaiat Husain sepeninggal Muawiyah. Terjadi perang dikarbela yang menyebabkan terbunuhnya Husain, cucu Nabi saw. Itu, Yazid menghadapi para pemberontak di makkah dan Madinah dengan keras. Dinding ka’bah runtuh dikarenakan terkena lemparan manjaniq.alat pelempar batu ke arah lawan. Peristiwa tersebut merupakan aib besar pada masanya.kota makkah menjadi porak poranda akibat perlakuan pasukan Yazid tersebut. Yazid meninggal tahun 64H. set elah memerinta 4tahun dan digantikan oleh anaknya, Muawiyah II.
Ia hanya memerintah kurang lebih 40 hari, dan meletakkan jabatan sebagai kholifah sebelum wafat tiga bulan kemudian. Ia mengalami tekanan jiwa berat karena tidak sanggup memikul tanggung jawab jabatan kholifah yang besar itu.dengan wafatnya maka habislah riwayat keturunan Muawiyah dalam melanggengkan kekuasaan dan berganti ke Bani Marwan. Muawiyah II diganti oleh Marwan ibn Hakam, seorang yang memegang setempel kholifah pada masa Usman ibn Affan. Ia adalah gubernur Madinah di masa Muawiyah dan penasehat Yazid di Damascus di masa pemerintahan putra pendiri Daulah Umaiyah itu. Ia dianggap orang yang dapat mengendalikan kekuasaan karena pengalamanya, sedangkan orang lain yang pantas memegang jabatan khalifah itu tidak didapatkannya. Marwan menundukkan Palestina, Hijaz, dan Irak. Namun ia cepat pergi, hanya sempat memerintah 1 tahun saja, ia wafat tahun 65H. dan menunjuk anaknya, Abdul Malik dan Abdul Aziz sebagai pengganti sepeninggalnya secara berurutan.
Khalifah Abdul Malik adalah orang kedua yang terbesar dalam deretan para khalifah Bani Umaiyah yang disebut-sebut sebagai ‘pendiri kedua’bagi kedaulatan Umaiyah. Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama di bidang fiqh. Dia telah berhasil mengembalikan sepenuhnya integritas wilayah dan wibawa kekuasaan keluarga Umaiyah dari segala pengacau Negara. Yang merajalela pada masa –masa sebelumnya .
Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama, yakni 21 tahun ditopang oleh para pembantunya, seperti al-Hajjaj ibn Yusuf yang gagah berani di medan perang , dan Abdul aziz, saudaranya yang dipercaya memegang jabatan sebagai Gubernur Mesir.  Alhajaj Berjaya di medan perang di samping itu juga berhasil memperbaiki saluran-saluran air sungai Euphrat dan Tigris, memajukan perdagangan, dan memperbaiki system ukuran timbang, takaran dan keuangan,  di samping menyempurnakan mushaf al-Qur’an dengan titik pada huruf-huruf tertentu. Khalifah Abdul Malik wafa tahun 86H. dan diganti oleh putrannya yang bernama al-Walid.
Khalifah Alwalid ibn Abdul Malik memerintah sepuluh tahun lamanya (86-96H). pada masa pemerintahannya kekayaan kemakmuran melimpah ruah. karena kekayaan melimpah ruah maka digunakan negerinnya untuk menyantuni para yatim piyatu, fakir miskin, dan penderita cacat seperti orang lumpuh, buta, dan sakit kusta. Khalifah itu wafat tahun 96H. dan digantikan oleh adiknya, Sulaiman sebagaimana wasiyat ayahnya.
Khaliah Usman ibn Abdul Malik tidak sebijak kakaknya, ia kurang bijaksana, suka harta sebagai mana diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang (ghanimah) dari spanyol yang dibawa oleh Musa ibn Nusair.ia menginginkan Harta itu jatuh ke tangannya, bukan ke tangan kakaknya, al-Walid yang saat itu masih hidup walau dalam keadaan sakit.ia dibenci oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah belah, demikian pula masyarakatnya, seperti keluwarga Hajajj ibn Yusuf dan Muhammad ibn Qasim yang menundukkan India. Ia menunjuk Umar ibn Abdul Aziz sebagai penggantinya sebelum meninggal pada tahun 99H.
Adapun khalifah ketiga yang besar ialah Umar ibn Abdul Aziz. Meskipun masa pemerintahannya sangat pendek, namun Umar merupakan ‘lembaran putih’ Bani Umaiyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan Daulah Umaiyah yang banyak disesali.Umar adalah orang yang rapi dalam berpakaian memakai wewangian dengan rambut yang panjang dan cara jalan yang tersendiri, sehingga mode Umar itu ditiru banyak orang masanya.
Umar ibn Abdul Aziz  mengadakan perdamaian antara Amawiyah dan syi’ah serta khawarij, menghentikan peperangan mencegah caci maki terhadap khalifah Ali in Abi thalib dalam khutbah Jum’at, dan diganti dengan bacaan ayat:
* * ¨) ©!$# ããBù'tƒ ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç›!$tGƒÎ)ur ÏŒ 4†n1öà)ø9$# 4‘sS÷Ztƒur Ç` Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍x6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏètƒ öNà6¯=yès9 šcr㍩.xs? ÇÒÉÈ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Khalifah yang adil itu berusaha memperbaiki segala tatanan yang ada di masa kekhalifahannya, seperti menaikan gaji untuk para gubernurnya, memeratakan kemakmuran dengan memberi santunan pada fakir dan miskin, dan dll. Khalifah Umar meninggal tahun 101H. dan diganti oleh Yazid II ibn Abdul Malik (101-105) .pada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan antara kaum Mudariyah dan Yamaniyah. Pemerintahannya yang sangat singkat itu mempercepst proses kemunduran Umaiyah. kekhalifahan Umaiyah mulai mundur sepeninggal khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Walau tidak secemerlang tiga khalifah yang masyhur sebagai mana tersebut di atas, khalifah Hisyam ibn Abdul Malik perlu dicatat juga sebagi khalifah yang sukses.
Masih ada empat khalifah lagi setelah Hisyam yang memerintah hanya dalam waktu tujuh tahun , yakni al_Walid II ibn Yazid II, Yazid II ibn al-Walid, Ibrahim ibn al-Walid dan Marwan ibn Muhammad.
C.Masa keruntuhan muawiyah
Marwan bin Muhammad adalah seperti ayahnya, ia menjadi Gubernur di Wilayah Al-Jazirah dan Amenia. Dialah yang memimpin pembukaan daerah disebelah selatan Qufqas. Ia banyak menunai kemenangan dan gemilang dalam medan pertempuran, padahal untuk menang di wilayah ini sangat susah, karena musuh-musuhnya adalah para pejuang yang ganas. Akan tetapi marwan tidak seperti komandan-komandan biasannya. Ia sangat lihai dalam mengatur strategi dan tipudaya peperangan.
Marwan memperoleh kemenangan demi kemenangan, bahkan ia mampu berperang dalam berbagai medan pertempuran dengan cara mengalahkan satu persatu musuh-musuhnya, walau pun secara lahiriyah kemenangan sangat amat tipis.
Marwan menganggap bahwa di dalam Bani Umaiyah tidak ada orag yang lebih kuat dari pada dirinya, hingga ia juga ingin duduk di khilafah. Dan hal ini merupakan salah satu penyebab kerunntuhan Negara Umaiyah, sebagai ganti system pengangkatan putra mahkota. Banyak sekali orang yang ingin mengejar kursi khilafah.
Pergolakan dimulai dari plestina lalu ke Damaskus lalu ke Himsh. Marwan merasa harus memadamkan pemberontakan ini, ia lalu menuju Himsh kemudian ke Damaskus dan berakhir dengan di tumpasnya pemberontakan ini keakar-akarnya termmasuk orang-orang kalbiyin. Merekalah sebenarnya yang menyuluti api pemberontakan karena tidakk rela dengan Marwan beserta kabilahnya Mudhar. Pusat gerakan orang-orang Kalbiyyin adalah di tadmur, marwan pergi kesana dalam melakukan perjanjian damai dengan kabilahnya. Dengan demikian marwan telah ampu memaksa musuh-musuhnya di tanah Syam, dan Syam kembali tenang.
Akan tetapi pergolakan tidak hanya terjadi di daerah Syam saja, pasukannya terpaksa harus memerangi daerah lainya yaitu di Irak. Di Irak telah terjadi kekacauan dan kerusuhan yang tidak lebih kecil dari Syam, bahkan lebih besar. Ada beberapa hal perlu di perhatikan, penduduk Irak jiwanya sudah marah terhadap bani Umaiyah. Orang-orang yang memainkan peranannya di panggung peristiwa selalu bergerak ke kanan dan ke kiri tidak peduli apa yang akan menimpa mereka, seakan-akan itu adalah kaidah mereka. Dengan keadaan seperti iini, tidak mengherankan kalau Irak memerangkan peperanan penting dalam menyusahkan Khalifah Bnai Umaiyah.  
Sekarang orang-orang Yaman dan Mudhar dari penduduk Syam bersengketa kembali, dalam hal ini memperburuk keadaan. Sedangkan penduduk Irak melihat persengketaan ini dengan sikap hati-hati dan gembira. Di sisi lain ada musuh baru di depan tiga kelompok di atas orang-orang Yaman, Mudhar dan penduduk Irak, yaitu kaum Khawarij. Penduduk Irak sangat takut akan khawarij, dan mereka bersekutu dengan penduduk Syam untuk memerangi mereka. Kali ini Khawarij muncul dengan hebatnya, mereka dapat mengobarkan fanatisme kekabilahan. Dan menanamkan kebanggaan terhadap kabilahnya sehingga mereka bergabung dalam aliran mereka pada masa kekacauan dan kerusuhan merajalela.
Hijaz dan Yaman juga tidak sepi dari kekacauan juga. Telah muncul tokoh Abu Hamzah Al-Muhtar bin Auf Al-Asadi dengan kelompok Arab badui yang masuk ke golongannya. Ia membaiat Abdullah bin Yahya di Yaman dan menguasai Hijaz pada tahun 129H. marwan kemudian mengirim pasukan untuk memeranginya, kemudian pemipin mereka Abdullah bin Yahya terbunuh. Dengan demikian Marwan telah memenangkan dari beberapa pertempuran di Irak,Syam,Hijaz dan Yaman. Peristiwa ini adalah pada masa Marwan sebelum kedatangan musuh yang menakutkan yang akan menggulingkan kekuasaan Negara Umaiyah.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa darah telah bergolak dalam diri orang Arab dari penduduk Syam, Irak, Hijaz dan Yaman.
Hal kedu yang harus diperhatikan adalah pergolaka ini bukan untuk embela prinsip tertentu dan pemikiran umum, akan tetapi sebagai pelampiasan kebencian yang tidak bisa  ditukar dengan apapun. Salah satunya adalah kecintaan pribadi terhadap kursi kesultanan. Kerakusan pribadi ini sering di tutup dengan membela kepentingan umum baik madzab, fanatisme maupun kedaerahan         Pembunuhan Marwan bin Muhammad terjadi pada hari Ahat tangggal 3 Dzulhijjah. Versi lain menyebutkan Hari kamis tanggal 6 Dzulhijjah 132H
Dengan terbunuhnya Marwan bin Muhammad, berakhirlah masa kejayaan Bani Umaiyah setelah berkibar selama 92 tahun. Selama jangka waktu tersebut , negar bani Umaiyah telah berbuat banyak demi islam dan kaum muslimin [4]
REFRENSI
1.      Dr. Yusuf Al’Isy, Dinasti Umawiyah,Pustaka al-Kautsar, Cipinang Muara Raya 63 Jakarta Timur,2007
2.      Mufrodi Ali, Islam di kebudayaan Arab, Logos wacana Ilmu, Jakarta, 199,
3.      Dr. Muhammad Sayid Al-wakil, wajah dunia Islam, PustakaAl-Kautsar, Kebon nanas UtaraII/12,  Jakarta Timur, 1998
Pertanyaan Peserta Diskusi
1.Nama: Khaerul Abidin
   Bukti Kejayaan Bani Umaiyah ?
2.Nama: Irvan.
 Apa Perubahan Pada Masa Yazid 1 Sampai Yazid 3 Yang Berpengaruh Dalam Hal Semuanya ?
3 Nama: Fitria
Sistem Pemerintahan Pada Zaman Kholifah Bani Umaiyah Menggunakan Apa?
Sebutan Jabatan Kholifah Apa Sudah Berganti ?
4.Nama:
Niswah Kenapa Umat Islam Membaiat Hasan Padawaktu Pemerintahan Abdul Aziz ?


[1] Dr. Yusuf Al’Isy,Dinasti umawiyah,Pustaka Al-Kautsar,Cipinang  Muara Raya63 Jakarta timur,2007,h,153-164
[2]Dr. Yusuf Al’Isy, Dinasti umawiyah, Pustaka Al-Kautsar, Cipinang  Muara Raya 63 Jakarta timur,2007,h,164-172
[3] Dr. Mufrodi Ali, Islam di kebudayaan Arab, Logos wacana Ilmu, Jakarta, 199,h.1
[4] Dr. Muhammad Sayid Al-wakil, wajah dunia Islam, PustakaAl-Kautsar, Kebon nanas UtaraII/12 jakarta Timur,1998, Hal,73


Tidak ada komentar: