Disusun
Oleh : ZAINUL KHIKAM (2031110010)
FAKULTAS
USHULUDDIN JURUSAN TAFSIR HADITS
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN 2010/2011
PENDAHULUAN
Mengucapkan
lafadz salam adalah suatu penghormatan, penghargaan, atau mempunyai arti
keamanan dari Allah Swt. baginya atau kerukunan antar sesama manusia yang seide
untuk bisa mencapai keselamatan bersama, ada pun mengucapkan lafadz salam maka
hukumnya adalah sunah dan menjawabnya hukumna wajib. Baik itu dari salamnya
ahlul kitab kepada kita yang mempunyai arti beda, bukan lafadz assalam tapi
assam, maka tetap untuk bisa kita jawab dengan jawaban yang sama dari apa yang
diucapkan orang sebelumnya, dari lafadz assalamu’alaikum dengan
jawaban waalaikum salam. Begitu juga dari lafadz Assamu
aaika juga dengan jawaban waalaika.
Pada makalah
ini maka akan saya paparkan tentang macam-macam salam, baik dari salamnya
malaikat ahlul kitab/ sesama muslim.
PEMBAHASAN
Memberi Salam
- Cara memberi salam
- Lafadz salam dan penghormatan
Ayat yang berkaitan tentang
lafadz salam dan penghormatan
“Kesejahteraan atas
dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia
dibangkitkan hidup kembali.”
íN»n=yur
íN»n=yur Ïmøn=tã tPöqt t$Î!ãr tPöqtur ßNqßJt tPöqtur ß]yèö7ã $wym
ÇÊÎÈ
(سورة المريم : 15)
Kata salam (سلا م ) salam terambil
dari akar kata (سلم ( yang maknanya
berkisar pada keselamatan dan keterhindaran dari segala yang tercela Thabathala’i bahwa
makna kata ini mirip dengan makna kata aman hanya saja kata aman digunakan
untuk menggunakan ketiadaan bahaya atau hal-hal yang tidak menyenangkan atau menakutkan seseorang pada
tempat tertentu, sedang kata salam digunaklan untuk menggambarkan bahwa tempat
dimana seseorang berada selalu ditemukan dalam keadaan yang sesuai dan menyenangkan.
Penggunaan bentuk nakiroh pada kata salam, yakni tidak menggunakan
bentuk alif dan lam ( السّلم ) untuk mengisyaratkan berapa besar dan banyak
salam dan kedamaian itu.1
Ucapan selamat disampaikan
Allah kepadanya yaitu, ketika pertama kali dia melihat dunia,
ketika pertama kali dia melihat surga dan neraka.
Dikhususkannya tiga tempat
ini tidak lain karena ditempat-tempat itulah hamba sangat membutuhkan keridhaan
Tuhannya, karena kelemahan, kebutuhan, kekurangan pikiran, dan kebutuhannya
kepada kasih saying dan belas kasihan tuhan.2
- Ucapan Salam Ahlul Kitab
öNs9r&
ts? ’n<Î) tûïÏ%©!$# (#qåkçX Ç`tã 3“uqôf¨Z9$# §NèO tbrߊqãètƒ $yJÏ9 (#qåkçX çm÷Ztã šcöqyf»oYoKtƒur ÉOøOM}$$Î/ Èbºurô‰ãèø9$#ur ÏMu‹ÅÁ÷ètBur ÉAqß™§9$# #sŒÎ)ur x8râä!%y` x8öq§‹ym $yJÎ/ óOs9 y7ÍhŠptä† ÏmÎ/ ª!$# tbqä9qà)tƒur þ’Îû öNÍkŦàÿRr& Ÿwöqs9 $uZç/Éj‹yèムª!$# $yJÎ/ ãAqà)tR 4 öNßgç6ó¡ym æL©èygy_ $pktXöqn=óÁtƒ ( }§ø©Î7sù çÅÁyJø9$# ÇÑÈ
“ Apakah tidak kamu
perhatikan orang-orang yang telah dilarang Mengadakan pembicaraan rahasia,
kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka Mengadakan
pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada rasul.
dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan
memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. dan mereka
mengatakan kepada diri mereka sendiri: "Mengapa Allah tidak menyiksa kita
disebabkan apa yang kita katakan itu?" cukuplah bagi mereka Jahannam yang
akan mereka masuki. dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.”(QS. Al-Mujadalah : 8)
öNs9r&
ts? ’n<Î) tûïÏ%©!$# (#qåkçX Ç`tã 3“uqôf¨Z9$# §NèO tbrߊqãètƒ $yJÏ9 (#qåkçX çm÷Ztã
Telah diriwayatkan, bahwa
orang-orang Yahudi, bila ada seorang sahabat Nabi Saw. yang lewat mereka duduk
berbisik-bisik diantara sesama mereka, sehingga orang mu’min itu mengira
bahwa mereka berbisik untuk membunuh atau untuk berbuat yang tidak baik
terhadapnya. Sehingga bila orang mu’min itu melihat yang demikian dia akan
merasa takut kepada mereka. Lalu membiarkan mereka begitu saja, maka nabi Saw.
Melarang mereka dari perbuatan seperti itu. Tetapi mereka tidak mau berhenti
bahkan bisikan-bisikan itu kembali, lalu Allah menurunkan ayat ini.
Kemudian Allah menjelaskan
apa yang mereka percakapkan dengan berbisik-bisik itu. Firman-Nya:
šcöqyf»oYoKtƒur ÉOøOM}$$Î/ Èbºurô‰ãèø9$#ur ÏMu‹ÅÁ÷ètBur ÉAqß™§9$#
Mereka membicarakan
diantara sesama mereka apa yang berupa dosa dan membawa bencana kepada mereka
sendiri dan apa yang berupa pelanggaran terhadap orang-orang mu’min, serta
saling berpesan untuk menyalahi Rasul Saw.
Kemudian Allah menyebutkan
kejahatan lain yang dilakukan mereka. Firmn-Nya:
#sŒÎ)ur x8râä!%y` x8öq§‹ym $yJÎ/ óOs9 y7ÍhŠptä† ÏmÎ/ ª!$# tö
Telah diriwayatkan oleh
Al-Bukhari dan Muslim serta yang lain, dari ‘Aisyah, bahwa sejumlah orang dari
kaum Yahudi datang kepada Rasulallah Saw. Lalu mereka mengatakan, “As-samu’alaika
ya Aba ‘I-qisim” maka Rasulallah Saw. Menjawab: “Wa’alaikum” (juga
bagi kaum)
Berkata ‘Aisyah: aku
tanyakan waalaikum salam, wa la’ana kamu ‘l-lah wa ghadhiba ‘alaikum?”
(kematian juga bagimu. Allah mengutukmu dan memurkamu?) Rasulullah Saw.
menjawab: “Wahai ‘Aisyah, bersikap lembutlah. Jauhi olehmu kekerasan dan
kekejian”. Aku berkata, “Tidakkah engkau mendengar mereka mengatakan as’am (kematian)?.
Rasulullah Saw. Menjawab, “Tidakkah engkau juga mendengar aku mengatakan
wa’alaikum (juga bagi kamu)?” maka Allah ta’ala menurunkan:
#sŒÎ)ur x8râä!%y` x8öq§‹ym $yJÎ/ óOs9 y7ÍhŠptä† ÏmÎ/ ª!$# tbqä9qà)tƒur þ’Îû öNÍkŦàÿRr& Ÿwöqs9 $uZç/Éj‹yèムª!$# $yJÎ/ ãAqà)tR 4
Mereka melakukan yang
demikian ini, menyelewengkan pembicaraan yang mereka katakana dan menyamarkan
salam (penghormatan) dengan maksud untuk mencaci. Mereka mengatakan kepada diri
mereka sendiri. “seandainya dia (Muhammad) adalah seorang Nabi yang benar,
tentulah kami disiksa Allah karena apa yang kami katakana, sebab Allah
mengetahui apa yang kami rahasiakan. Seandainya dia adalah seorang nabi yang
benar, tentulah Allah akan menyegerakan kepada kami siksa di dunia.
Maka Allah menjawab
mereka itu dengan firman-Nya:
4 öNßgç6ó¡ym æL©èygy_ $pktXöqn=óÁtƒ ( }§ø©Î7sù çÅÁyJø9$# ÇÑÈ
Sesungguhnya jahanam dan
siksa pedih yang ada didalamnya itu cukuplah untuk menghukum dan menyiksa
mereka dan siksaan mereka ditunda hingga hari ini.3
Sebagai hasil dari
bisik-bisik, pertemuan rahasia yang penuh dendam dan dosa, memupuk permusuhan,
ialah mereka sengaja menemui Rasulullah Saw. bukan dengan maksud yang baik,
melainkan karena hendak mempertontonkan rasa kebencian itu dengan mengucapkan
kata-kata yang pada lahirnya memberi hormat, padahal dalam batinya berisi
penghinaan atau kutukan.
Tuhan telah mengajarkan
bagaimana cara hormat menghormati di antara sesama manusia dan bagaimana pula
mengucapan selamat atau salam kepada seseorang yang patut dihormati.
Contoh-contoh salam itu telah ditunjukkan oleh Rasulullah. Yang terkenal ialah
“Assalamu’alikum” yang berarti moga-moga selamat sejahtera atau damai
meliputi tuan! Tetapi kata Assalam kalau disingkat
dihilangkan lamnya tinggal Assaam menjadi buruklah artinya. Dia
berarti celaka. Dia pun berarti mampus. Dia pun berarti racun.
Ibnu Abi Hatim
meriwayatkan sebuah hadits yang berasal dari Aisyah r.a., bahwa Aisyah pernah
berkata; “pada suatu hari orang Yahudi masuk menemui Rasulullah Saw. Lalu
diucapkannya:“Assamu’alaika ya Abal Qasim!”
السام عليك يا ابا القاسم
Yang berarti “ Kecelakaan
atas kamu wahai Abal Qasim!.
Lalu dijawab oleh ‘Aisyah:
“Wa’alaikumus Saam.” Yang berarti kamu pun celaka pula.
Dalam sebuah hadits yang
dirawikan oleh Anas bin Malik, pada suatu hari datang pula seorang Yahudi ke
dalam majlis Rasulullah yang sedang duduk dikelilingi oleh sahabat-sahabat
beliau. Lalu Yahudi itu mengucapkan salam. Salam itu disambut oleh
sahabat-sahabat nabi dengan baik. Lalu Rasulullah Saw. Bertanya kepada mereka:
“mengertikah kalian apa yang dia ucapkan?” mereka menjawab: “Dia mengucapkan
salam, ya Rasulullah!”
Lalu Nabi bersabda:
“bahkan dia mengucapkan Saam ‘alaikum, “(matilah kalian!) atau: Celakalah agama
kalian!!
Maka Rasulullah menyuruh
panggil orang Yahudi itu kembali dan beliau Tanya: “Bukankah engkau mengucapkan
Saam’alaikum tadi?”
Yahudi itu menjawab:
“Benar”
Kemudian bersabdalah
Rasulullah Saw. Kepada sahabat-sahabatnya:
اذا سلم عليكم أحد من أهل الكتاب فقولوا عليك
“Apabila seorang ahlil
kitab mengucapkan salam kepada kamu, jawablah “Alaika!” (Atas engkau!).”
Hadits ini berasal dari
riwayat Anas dalam bilangan Hadits yang shahih. Oleh sebab itu maka Imam Malik
menfatwakan kalau ahlul kitab mengucapkan salam bolehlah salamnya itu dijawab
dengan “Alaika” atau “alaikum”.
“dan mereka katakana dalam
hati mereka: “Mengapa Allah tidak menyiksa kita dengan sebab apa yang telah
kita katakana itu?” Artinya ialah bahwa mereka berkata dalam hati kalau memang
Muhammad itu Nabi, tentu kehormatanya dijaga oleh Tuhan. Sekarang kita telah
mengatakan kepadanya ucapan salam yang bukan salam. Pada lahirnya ucapan
sebagai tanda hormat pada batinya dia mengutuk agar dia celaka atau mampus.4
- Ucapan Salam Malaikat
íN»n=y /ä3øn=tæ
$yJÎ/
÷Län÷y9|¹
4 zN÷èÏYsù
Ót<ø)ãã
Í#¤$!$# ÇËÍÈ
“ (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum
bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”
سالم عليكم “keselamatan atas kalian”, maksudnya
adalah para Malaikat berkata, “Salamualaikum,”dengan menyembunyikan perkataan
“kalian telah selamat dari musibah dan ujian.”
Ada yang mengatakan,
ucapan tersebut adalah doa dari para malaikat bagi mereka, agar abadi dalam
keselamatan di surga walaupun pada dasarnya mereka sudah selamat. Maksudnya
adalah, Allah Swt. telah memberikan keselamatan bagi kalian. Kalimat berita
bermakna doa, yang juga mengandung pengakuan peribadatan.
بماصبرتم makdudnya adalah dikarenakan kesabaranmu.
Lafazh ما digabung dengan kata kerja (fi’il) bermakna
mashdar, sedangkan huruf ba’ pada lafaz بما berhubung dengan makna عليكم سلم. Boleh juga dikaitkan dengan lafaz yang tidak
disebutkan, yakni kemuliaan ini muncul karena kesabaran kalian, dalam
menunaikan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Demikian
pendapat yang dikatakan oleh Sa’id bin Jubair.
Ada yang mengatakan,
disebabkan kekafian yang kalian alami selama di dunia. Demikian pendapat yang
dikemukakan oleh Abu Imran Al Juwaini.
Ada juga yang mengatakan,
karena telah berjuang di jalan Allah, sebagaimana yang diriwayatkan dari
Abdullah bin Umar, dia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Tahukah
kalian siapa dari hamba Allah yang masuk surga?.” Rasulullah Saw.
bersabda,”Orang-orang yang berjuang di jalan Allah dan terkepung oleh musuh,
lalu mendapatkan kesulitan dan salah seorang di antara mereka wafat dalam
keadaan tidak mampu menunaikan hajatnya. Maka malaikat akan membawa mereka ke
dalam surga masuk setiap pintunya seraya berkata, ‘keselamatan atas kalian
dikarenakan kesabaran kalian, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” Muhammad
bin Ibrahim berkata, “Rasulullah Saw. selalu menziarahi kuburan para syuhada
setiap penghujung tahun, dan setiap saat berziarah, Rasulullah Saw. bersabda, “Keselamatan
atas kalian dikarenakan kesabaran kalian, maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu.”
Demikian pula tindakan
yang dilakukan Abu Bakar RA, Umar RA dan Utsman RA.
Al Baihaqi meriwayatkan
dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah Saw selalu menziarahi kuburan para
shuyada. Setelah sampai di liangnya Rasulullah Saw bersabda, ‘Keselamatan
atas kalian dikarenakan kesabaran kalian, maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu’. Demikian pula yang dilakukan Abu Bakar RA sewafatnya
Rasulullah Saw, Umar RA sesudah Abu Bakar RA, dan Ustaman RA sesudah Umar RA.”
Al Hasan berkata, بما صبرتم maksudnya
adalah, disebabkan kesabaranmu dalam melaksanakan ketaatan yang wajib hukunya
dan menjauhi perbuatan dosa. Demikian pendapat yang dikatakan oleh Al Fuadhail
bin Iyadh bin Zaid. Ada juga yang mengatakan بماصبرتم maksudnya adalah, disebabkan kesabaranmu atas
apa-apa yang kamu senangi dan kini kamu kehilangan.
Ada kemungkinan makna
ketujuh, بماصبرتم adalah, disebabkan kesabaranmu untuk
tidak mengikuti keinginan hawa nafsu.
Diriwayatkan dari Abdullah
bin As-Salam dan Ali bin Husain, bahwa keduanya berkata. “Pada hari kiamat
kelak seorang penyeru berseru, ‘Bangkitlah orang-orang yang sabar’. Maka
berdirilah sekelompok manusia. Lalu dikatakan kepada mereka, ‘Masuklah kalian
ke dalam surga’. Mereka kemudian berangkat dan bertemu para malaikat, da mereka
bertanya, ‘Hendak kemana kalian?’ Mereka menjawab, ‘ke surga’. Para malaikat
bertanya ‘Sebelum dihisab?’ Mereka menjawab, ‘Ya’. Para malaikat bertanya,
‘Siapakah kalian?’ Mereka menjawab ‘kami adalah orang –orang yang sabar’. Para
malaikat bertanya, ‘atas dasar apa kalian bersabar?’ Mereka menjawab ‘Kami
bersabar untuk terus melaksanakan perintah-perintah-Nya, bersabar untuk terus
menghidarlam diri dari larangan-larangan-Nya dan bersabar atas musibah serta
ujian yang menimpa kami selama di dunia’.
Ali bin Husain berkata,
“seorang malaikat berkata kepada mereka ‘Masuklah kalian ke dalam surga, maka
itu adalah nikmat ganjaran bagi orang-orang yang berbuat amal kebajikan.”
Ibnu As-Salam berkata,
“seorang malaikat berkata: سلم عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار‘(Seraya mengucapkan), “keselamatan atas kalian,
dikarenakan kesabaranmu”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu’,maksudnya
adalah, alangkah nikmatnya balasan di dalam surga itu. Di dalamnya kamu beramal
dan di dalamnya kamu memperoleh balasan sesuai dengan kesabaranmu. Dengan
demikian berdasarkan makna ini, kata عقبى adalah ism dan الدار adalah dunia.”
Abu Imarn Al Juwaini
berkata, “ فنعم عقبى الدار bermakna alangkah nikmatnya surga
di banding neraka”.
Diriwayatkan juga dari Abu
Imarn Al Juwaini, dia berkata, فنعم عقبى الدار bermakna alangkah nikmatnya surga disbanding
dunia.”5
والملائكة يدخلون عليهم من كل باب
Para malaikat masuk dari
sana sini ke tempat mereka untuk mengucapkan salam dan menyampaikan ucapan
selamat dengan masuknya mereka ke dalam surga, menetap di negeri keselamatan
dan berada di dekat orang-orang benar (sidiqin) para Nabi, dan para Rasul yang
mulia.
سلام عليكم بما صبرثم
Para malaikat itu masuk
sambil berkata, selamatkanlah kalian dari berbagai ketidak senangan dan
ketakutan yang meliputi orang-orang selain kalian, karena kalian telah bersabar
dalam menanggung kesulitan dan penderitaan yang kalian alami di dunia.”
“maka sebaik-baik
kesudahan dunia adalah surga فنعم عقبى الدار
Apa yang diucapkan
Rasulullah ketika mendatangi kuburan, Ibnu Jarir mengeluarkan riwayat:
ان النبى صلى الله عليه وسلم كان يأتى قبور
الشهداء على رأس كل حول فيقول : سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار
“Nabi Saw mendatangi
kuburan Syuhada’ pada permulaan setiap tahun, seraya mengucapkan: semoga
kesejahteraan di limpahkan kepada kalian, karena kalian telah bersabar; maka
sebaik-baik kesudahan dunia adalah surga”.6
- Menjawab Salam
#sŒÎ)ur LäêŠÍh‹ãm 7p¨ŠÅstFÎ/ (#q–Šyssù z`|¡ômr'Î/ !$pk÷]ÏB ÷rr&
!$ydr–Šâ‘ 3
“Apabila seseorang
mengucapkan selamat kepada kalian dengan suatu ucapan selamat,maka balaslah ia
denngan ucapan yang serupa atau dengan ucapan yang lebih baik dari padanya.” Maka jika ada orang yang
mengucapkan “as-salamualaikum “ ucapakanlah walaikum’salam
atau ditambahwaroh matullahiwabarokatu apabila ucapan selamat itu
asalamualaikumwarohmatullah, maka jawablah warohmatullahiwabarokatuh.
Demikianlah hendaknya balasan orang yang menjawab lebih orang yang memulai satu
kata atau lebih.
Jawaban yang baik
kadang-kadang bisa dilakukan dengan makna maupun cara penyampaiannya,
meskipun dengan kata-kata yang diucapkan oleh orang yang memulai atau lebih
pendek dari itu. Jika ada orang yang mengucapakan kepada anda asalamualaikum
dengan suara rendah yang menunjukan kurangnya perhatian, lalu anda membalas
dengan waalaikumsalam dengan suara yang lebih keras dan penyambutan yang
menujukan besarnya perhatian, penyambutan dan penghormatan, berarti anda telah
membalasnya dengan ucapan selamat yang lebih baik , dilihat dari sifatnya ,
meskipun kata-katanya sama.
Ringkasnya, jawaban
terhadap ucapan selamat mempunyai dua martabat: yang paling rendah ialah
jawaban dengan yang sebanding. sedangkan yang paling tinggi ialah jawaban
dengan yang lebih baik daripadanya. Orang yang menjawab bebas memilih antara
keduanya . Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas , bahwa Rasullullah Saw .
bersabda :
من سلم عليك من خلق الله فاردو عليه وان كان
مجوسيا, فان الله يقول (واذا حييتم بتحية فحيوا
باحسن منها اوردوها)
“Barang siapa diantara
mahluk Allah mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah ia, meskipun dia seorang
yang beragama Majusi, Allah berfirman, apabila kalian diberi penghormatan, maka
balasannya penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balasan
penghormatan itu (dengan yang serupa)”.
Barang siapa
mengucapkan As-Salamu ‘alaikum kepada musuhnya, berarti dia
telah mengamankan dirinya. Orang-orang Arab dahulu memaksudkan makna ini
sebagai salah satu perangainya. Akan tetapi, kaum muslimin sekarang tidak suka
bila ada kaum lain mengucapkan selamat kepada mereka dengan As-Salam, sebagaimana
tidak suka membalas salam kepada selain muslim. Seakan-akan mereka lupa bahwa
apabila adab-adab Islami diperlukan, maka mereka akan mengetahui keuntungan
Islam, dan akan mendorong mereka untuk memeluknya.
Disunnahkan, hendaknya orang yang
datang mengucapkan salam kepada orang yang didatangi, dan apabila dua orang
bertemu, hendaknya yang lebih tua atau lebih mampu memulai ucapan salam. Di
dalam Ash-Shahibin dikatakan:
يسلم الركيب على الماشى على القاعد والقليل على
الكثير
“Hendaknya orang yang
berkendaraan mengucapkan salam kepada yang berjalan, yang berjalan kepada yang
duduk dan yang sedikit kepada yang banyak”.
Diriwayatkan:
ان النبي صلى الله عليه وسلم مر بصبيان فسلم عليهم
Artinya: “Bahwa Nabi
Saw. Berlalu pada anak-anak kecil lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka.”
At-Tirmidzi meriwayatkan:
انه مر بنسوة فأوماء بيده با التسليم.
Artinya: “Bahwa beliau
berlalu pada kaum wanita, lalu beliau memberikan isyarat salam dengan
tangannya”.
Di dalam Ash-Shahihain diriwayatkan,
bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
ان افضل الاسلام وخيره اطعام الطعام وان تقرأ
السلام على من كرفق ومن لم تقرف
Artinya: ”Sesungguhnya
Islam yang paling utama dan paling baik ialah memberikan makanan dan mengucapkan
salam kepada orang yang telah engkau kenal maupun belum engkau kenal.”
Hakim meriwayatkan sabda
Rasulullah Saw. :
افشو السلام تسلموا
Artinya: “Sebarkanlah
salam, niscaya kalian selamat”
ان الله على كل شئ حسيبا
Artinya: “Sesungguhnya
Alah ta’ala mengawasi kalian dalam memelihara hubungan
diantara kalian dengan saling mengucapkan salam dan memperhitungkan perbuatan
kalian itu.”
Ayat ini menunjukkan
kepada penekanan perintah mengadakan hubungan ini diantara manusia dan
kewajiban membalas penghormatan kepada orang yang mengucapkan salam dan
penghormatan kepada kita.7
#sŒÎ)ur LäêŠÍh‹ãm 7p¨ŠÅstFÎ/
(#q–Šyssù z`|¡ômr'Î/
!$pk÷]ÏB
÷rr&
!$ydr–Šâ‘
3 ¨bÎ)
©!$# tb%x.
4’n?tã Èe@ä. >äóÓx«
$·7ŠÅ¡ym ÇÑÏÈ
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan
sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik
dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya
Allah memperhitungankan segala sesuatu.”
Firman Allah ta’ala: Adalah
Allah Maha Memelihara segala sesuatu”, Muqita artinya Maha Memelihara. Ada pula
yang mengartikan Maha Menyaksikan, ada yang mengartikan ‘Maha Memperhitungkan’.
Firman Allah ta’ala, : Apabila kamu diberi suatu penghormatan, maka balaslah
dengan penghormatan yang lebih baik darinya seorang muslim menyampaikan salam
kepadamu, maka jawablah dengan salam yang lebih utama dari pada yang telah
diberikannya atau jawablah dengan salam yang sama. Penambahan salam adalah
sunnah,sedang menjawab dengan salam yang salam adalah fardhu.
Ibnu Jarir
meriwayatkan dari Salman al-Farisi, dia berkata “Ada seseorang datang
kepada Nabi Saw. Sambil mengatakan, ‘Assalamu’alaikum ya Rasulullah’, maka
Nabi menjawab, “wa’alaikas salaam warahmatullah”. Kemudian datang lagi
yang lain dan mengatakan ‘Assalamu’alaika, ya Rasulullah Warahmatullah
wabarakatuh,” Maka Nabi menjawab “Wa’alaika” Maka orang itu
bertanya : “Wahai Nabi Allah, demi ayah dan ibuku, si Fulan dan si Fulan datang
kepada engkau yang lebih banyak dari pada jawaban yang diberikan
kepadaku.mengapa? Maka beliau bersabda,: “karena kamu tidak menyisahkan sedikit
pun untuk jawabanku. Allah ta’ala berfirman, ‘Jika kamu diberi salam dengan
suatu salam, maka jawablah dengan salam yang lebih baik atau jawablah salam
yang sama.” Maka kami menjawabnya dengan ‘alaika”
Hadits ini menunjukkan
bahwa di dalam salam tiada lagi penambahan kecuali seperti ini “Assalamu
‘alaikum warahmatullahi itu, niscaya Rasulullah Saw menambahinya. Jika
seorang muslim menyampaikan salam secara penuh seperti yang disyariatkan dalam
memberi salam, maka jawablah dengan salam yang sama dengan salam yang dia
sampaikan. Dan janganlah memulai apalagi menambahinya kepada ahli dzimmi. Namun
jawablah salam mereka dengan ketentuan seperti yang ditegaskan dalam sahihain
dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Saw. Bersabda:
اذا سلم عليكم اليهودي فانما يقول احدهم : السلم
عليكم فقل : وعليك (رواه البخاري و مسلم)
Artinya: “Jika
orang Yahudi memberi salam kepadamu, maka sesungguhnya di katakana olehny ialah
‘assamu alaikum’ (mampuslah kamu) maka jawablah ‘waalaika (semoga menimpa
kamu)”, (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Abbas berkata: “Jika
ada mahluk Allah yang memberi salam kepadamu maka jawablah salamnya walaupun
dia seorang Majusi. Hal ini karena Allah berfirman, “Maka jawablah dengan salam
yang lebih baik dari padanya atau balaslah dengan salam yang sama”. Hasan Basri
bersabda: “Memberi salam hukumnya sunnah, sedang menjawabnya wajib”. Pendapat
ini pula yang dikemukakan oleh para ulama terkemukakan yaiitu bahwa menjawab
salam wajib diberikan oleh setiap orang yang menerima salam. Jika dia tidak
menjawab, maka berdosa sebab dia menyalahi perintah Allah yang berbunyi, “Maka
jawablah dengan salam yang lebih baik dari padanya atau balasan dengan salam
yang sama”. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dengan
sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda
(799), “Demi Dzat yang diriku ada dalam kekuasaan-Nya, kamu tidak akan masuk
surga hingga kamu beriman dan tidak dikatakan masuk surga hingga kamu saling
mencintai.maukah kamu kutunjukkan pada suatu yang apabila kamu mengerjakanya,
niscaya kamu saling mencintai? Masyarakatkanlah salam diantara kamu”.
Firman Allah ta’ala, “Allah,
Tiada Tuhan melainkan Dia” merupakan pemberitahuan untuk meng ESA kan
dan mentauhidkan ketuhanan-Nya dari seluruh mahluk. Penggalan ini mengandung
sumpah yang diutarakan dalam ayat , “Sungguh Dia akan mengumpulkan kamu pada
hari kiamat yang tidak diragukan lagi adanya,. “Lam” disitu
menunjukkan sumpah. Firman Allah “Allah tiada Tuhan melankan Dia” merupakan
berita dan sumpah bahwa dia akan mengumpulkan orang-orang terdahulu dan yang
kemudian dalam satu tataran, lalu setiap orang akan dibalas menurut amalnya.
Firman Allah, “Siapakah yang lebih benar perkataanya dari pada Allah?
Yakni, tidak ada seorang pun yang lebih benar perkataan, berita, janji, dan
ancamanya selain Allah, maka tiada Tuhan melainkan Dia dan tiada Rabb selain
Dia.8
KESIMPULAN
Jadi dapat saya simpulkan bahwa hukum
mengucapkan salam itu sunnah dan menjawabnya hukumnya adalah wajib. Allah SWT
telah memerintahkan barang siapa diberi salam,maka jawablah salam itu dengan
baik atau yang lebih baik.
Salam yang diperintahkan oleh agama islam yaitu
“ Assalamu’alaikum” dan dijawabnya dengan “wa’alaikumussalam warahmatullah”.
Setidaknya dengan kita mengetahui ini,kita bias tahu bagaimana sangatlah baik
sekali bila semua orang menerapkan ini. Sekian dari saya. Semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Sihab, M. Quraisy. 2002. Tafsir Al Misbah. Jakarta:
Lentera Hati
Ø Mustofa, Ahmad. 1993. Tafsir Al Maraghi. Semarang: PT
Karya Toha Putra
Ø Hamka. 1983. Tafsir Al Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas
Ø Arrifa’i, M. Hasib. 1999. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta:
Gema Insani Press
Ø Syekh Imam Al Qurtubi. 2008. Tafsir Al Qurtubi. Jakarta:
Pustaka Azzam
2. Ahmad musthofa al Maroghi,
“Tafsir al Maraghi
juz 20” (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1993), hlm. 61
4. Prof. Dr. H. Abdul Malik
Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al Azhar, (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1983), hlm. 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar